Beginilah jadinya
Jika kau tak memerima ku dengan sepenuhnya
Ku terpanggang api yang ku buat sendiri tapi,
jika kau menghendaki
bagaimana bisa aku jadi diriku
sedang kau masih saja dengan kuncupmu
apakah kita?
apakah kita?
Senja itu tiba-tiba datang
Eh! dia bilang: ada orang iseng bermain dengan bayang.
Kamis, 19 Mei 2011
PENGAKUAN
kepada Endah wandari
aku menyukaimu dengan sederhana
dimerah darahmu, dimanis senyummu
kembang melati yang sedang asyik sendiri ditaman biru
memerdu diantara lagu, nyanyian jiwa
jodoh itu Tuhan yang membikin
dan Tuhan pula yang membikin pertemuan kita
ditambahkan pula sukma jiwa maha bertakhta; cinta
tapi kau masih bertanya: benarkah benarkah
ah! kau seperti tak tahu saja
kalau ku mati dipengap senja.
aku menyukaimu dengan sederhana
dimerah darahmu, dimanis senyummu
kembang melati yang sedang asyik sendiri ditaman biru
memerdu diantara lagu, nyanyian jiwa
jodoh itu Tuhan yang membikin
dan Tuhan pula yang membikin pertemuan kita
ditambahkan pula sukma jiwa maha bertakhta; cinta
tapi kau masih bertanya: benarkah benarkah
ah! kau seperti tak tahu saja
kalau ku mati dipengap senja.
HANCUR
matahari masih bersinar disenjakala
saat kita masih saling bertatapan
dihati menyala-nyala
apakah ini cinta?
tak terasa siang berlalu haru
dan kini hatiku habis hangus dibakar api cintamu.
saat kita masih saling bertatapan
dihati menyala-nyala
apakah ini cinta?
tak terasa siang berlalu haru
dan kini hatiku habis hangus dibakar api cintamu.
PERJALANA KITA
Ku mengembara. Tak sendiri
Masih dalam negeri
Bersimpuh peluh dalam diri. Kami tak perduli
Sungguhpun kami legam terjaring matahari
Ini bukan perjalanan biasa
Didepan kulihat sepasang kekasih sedang berpeluk mesra
Sigadis ketawa. Di acuhkannya pandangan dari kami
Sekali lagi kami tak perduli
Kami terus mengembara. Tugas suci
sampailah kami ke tempat tujuan
tempat dimana anak bersekolah dengan sederhana
tempat dimana akan dicetak tangan-tangan Tuhan
kami dijamu tak jemu
hari telah siang
pamit kami tuk pulang
amboi! ternyata raga yang sampai duluan
sebelum sukma datang kepangkuan.
Masih dalam negeri
Bersimpuh peluh dalam diri. Kami tak perduli
Sungguhpun kami legam terjaring matahari
Ini bukan perjalanan biasa
Didepan kulihat sepasang kekasih sedang berpeluk mesra
Sigadis ketawa. Di acuhkannya pandangan dari kami
Sekali lagi kami tak perduli
Kami terus mengembara. Tugas suci
sampailah kami ke tempat tujuan
tempat dimana anak bersekolah dengan sederhana
tempat dimana akan dicetak tangan-tangan Tuhan
kami dijamu tak jemu
hari telah siang
pamit kami tuk pulang
amboi! ternyata raga yang sampai duluan
sebelum sukma datang kepangkuan.
PENGAMPUNAN
kadang
takdir harus kita terima sepenuhnya
seperti hujan pagi ini. hilang terang
serta mata yang menyerah pada air yang kupunya
kita semua tahu
penyesalan itu datangnya belakangan
tapi pada lakon pertama kita lupa. tidak diberi tahu
tinggal do'a dalam permohonan ampun
siang datang berlalu. kelam berbentuk
memulai mencekam malam datangnya
jiwaku tiap menit berubah warna
dalam tabir siap mendo'a: Tuhan beri aku petunjuk.
takdir harus kita terima sepenuhnya
seperti hujan pagi ini. hilang terang
serta mata yang menyerah pada air yang kupunya
kita semua tahu
penyesalan itu datangnya belakangan
tapi pada lakon pertama kita lupa. tidak diberi tahu
tinggal do'a dalam permohonan ampun
siang datang berlalu. kelam berbentuk
memulai mencekam malam datangnya
jiwaku tiap menit berubah warna
dalam tabir siap mendo'a: Tuhan beri aku petunjuk.
Langganan:
Postingan (Atom)